Kamis, 09 April 2015

Tugas Ke 1: Profesi dan Profesionalisme (Soft Skill : etika dan profesionalisme TSI )

Profesionalisme

Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya ter­dapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).

  • Ciri-ciri profesionalisme

Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualiti profesionalisme didokong oleh ciri-ciri sebagai berikut

1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.

Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada sesorang yang dipandang memiliki piawaian tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal” ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.

2. Meningkatkan dan memelihara imej profesion

Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara imej profesion melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudannya dilakukan melalui berbagai-bagai cara misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap tubuh badan, sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya.

3. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.

4. Mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion

Profesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan profesion yang dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesionnya.

Apa itu Profesi ?

Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah profesi. Seorang petugas staf administrasi bias berasal dari berbagai latar ilmu, namun tidak demikian halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang membutuhkan pendidikan khusus.

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai perkembangan teknologi.

Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal, Salah satunya adalah profesi sebagai Dokter Hewan.

Belajar Syukuri Profesi, Pekerjaan Mirip Jodoh
1346498932933651171
Kalau ada yang bertanya mengenai status profesi, bagaimana perasaan sahabat ketika menjawabnya. Antusias, malas, menutup-nutupi, menjawabnya dengan samar-samar atau bagaimana. Kalau sahabat menjawabnya dengan bangga dan antusias, maka bersyukurlah, karena sahabat tergolong orang yang berbahagia.
Alkisah, seorang kenalan,sebutlah Devina, menceritakan pengalamannya ketika reuni SMP pada saat liburan lebaran kemarin. Devina sekarang bekerja sebagai staff di sebuah perusahaan manufaktur berkaryawan mendekati sepuluh ribu orang. Hampir tiga tahun Devina bekerja di perusahaan tersebut.
Sebuah pertanyaan yang umum ketika teman lama berkumpul dalam reuni. Devina merasa tidak percaya diri ketika teman-temannya menanyakan status profesi dan nama perusahaan tempatnya bekerja. Devina minder karena perusahaan tempatnya bekerja tidak terkenal seperti halnya instansi-instansi BUMN bonafid dan perusahaan terkenal berskala global dan nasional.
” Mau menyebutkan nama PT dimana saya bekerja pun rasanya malu ” kata Devina kepada saya dalam sebuah perbincangan.
” Mengapa malu, kan perusahaan tempat kamu bekerja juga tergolong perusahaan bagus ” tukas saya
” Ya karena teman-teman bekerja di instansi-instansi dan perusahaan yang bonafid, perusahaan-perusahaan terkenal. Tanpa kita harus banyak menerangkan, dari nama perusahaannya pun orang langsung tahu. ” jawabnya
Sambil tersenyum dia menambahkan,” kalau saya sebutkan nama PT tempat saya bekerja, teman-teman juga bakalan nggak tahu, dan mereka akan bertanya lagi, perusahaan apa itu, bergerak di bidang apa dan lain-lain “
Mendengar penuturan kenalan yang masih berusia dua puluh lima tahunan ini saya teringat dengan Pak Dahlan Iskan. Dalam suatu wawancara dengan sebuah televisi swasta, beliau mengatakan suatu pernyataan yang sungguh menarik.
Dalam wawancara yang mengungkapkan profil beliau tersebut, Dahlan Iskan mengatakan, Kebahagiaan itu adalah bertemunya harapan dan kenyataan. Ketika seseorang mengharapkan sebuah kriteria ideal tentang suatu hal maka dirinya akan berbahagia manakala kenyataan yang berlaku sejalan dengan yang dicita-citakan. Pun begitu juga sebaliknya.
Dalam pandangan saya, Devina tergolong orang yang tidak berbahagia dengan status profesinya. Dalam penilaian saya hal ini wajar untuk ukuran karyawan bujang yang belum genap lima tahun bekerja. Tipikalnya selalu sama, ingin selalu mencari status pekerjaan yang lebih bergengsi. No Pain No Gain. No Risk No Gain. Ya memang bujang tidak begitu beresiko karena belum ada tanggungan biaya keluarga. Kalau perlu mencari pekerjaan yang santai, bisa pulang awal namun bergaji tinggi.
Sah-sah saja selama keinginan untuk memperoleh status profesi bergengsi tersebut sejalan dengan kenyataan. Harus diingat pula ada batasan umur untuk terus menerus mengejar status bergengsi. Dengan demikian jangan kehabisan waktu mengejar fatamorgana yang belum jelas kenyataannya (baca pekerjaan bergengsi).
Selain itu setiap orang harus bisa menakar kapasitas dan kompetensi pribadinya. Hal yang kita capai sekarang boleh jadi adalah cerminan dari kompetensi kita. Begitulah tanggapan yang saya ungkapkan kepada Devina.
” Tapi teman-teman saya itu bukanlah orang yang tergolong pandai dulu waktu sekolah. Tapi mereka sekarang bekerja di perusahaan yang bergengsi ” begitu tanggapan Devina.
” Pekerjaan itu seperti jodoh ” begitu jawab saya.
” Maksudnya bagaimana ” kata Devina mendesak.
” Ketika kelak kamu menikah, kamu akan memahami bahwa yang namanya jodoh itu sifatnya ghaib” kata saya sambil menatap wajahnya yang nampak kosong pandangan.
Kemudian saya menambahkan ” Dalam mencari jodoh kamu boleh berikhtiar sekuat tenaga untuk mendapatkan yang terbaik. Namun ada faktor campur tangan Tuhan yang kamu tidak akan pernah bisa duga. Pada akhirnya kamu akan mengatakan kok bisa ya.sekarang saya akhirnya menikah dengan Si A. “
Devina nampak belum bisa mencerna penjelasan saya. Kemudian saya mengakhiri pembicaraan sambil mengatakan,” Teruslah berusaha mencari yang lebih baik, ingatlah bahwa umur itu terbatas. Teruslah ingat bahwa banyak manusia yang lebih sengsara dari kita Ketika pada suatu titik kamu sudah mentok dengan usahamu untuk mencari profesi yang bergengsi , syukuri dan banggalah dengan pencapaian yang telah kamu raih..
Devina masih terdiam dengan penuturan saya. Kemudian saya melanjutkan,” Dalam pandangan saya, walaupun tidak terkenal perusahaan tempat kamu bekerja itu cukup bagus.Perusahaan dengan karyawan hampir sepuluh ribu, tentu saja bukan perusahaan ecek-ecek. Percaya saja, tempat kamu bekerja itu, Senajan Ora Nyugihi Nanging Iso Nguripi ( Walaupun tidak bisa menjadikan kaya raya, namun setidaknya mampu menghidupi).
Dalam The Black Swan The Impact of the Highly Improbable ( 2007) Penulis Nassim Nicholas Taleb mengatakan It is easy to see that life is the cumulative effect of a handful of significant shocks.
Bukankah memang demikian adanya, bahwa kehidupan ini memang penuh dengan kejutan. Di sinilah menariknya. Cobalah lihat dari keberadaan kita sekarang, jodoh yang akhirnya menjadi pasangan hidup kita, domisili kita, pertemuan dan perpisahan dengan orang orang tertentu, kekecewaan serta penyesalan yang kita alami, profesi pekerjaan yang kita jalani sekarang, pun keberadaan kita di forum kompasiana.
Seberapa banyak hal hal yang saya sebut tadi sesuai dengan rencana kita?


 Sumber : http://ms.wikipedia.org/wiki/Profesionalisme

http://adiarsa-na-fkh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-35658-%20Catatan%20Dunia%20Campus%20-Apa%20itu%20Profesi%20.html 

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/09/01/belajar-syukuri-profesi-pekerjaan-mirip-jodoh-490169.html

Tidak ada komentar: